DESA KELAHIRANKU
Tanreassona merupakan tempat kelahiranku, berjarak beberapa kilo meter dari jantung kota pinrang.Tepatnya pada tanggal 29 desember 1992 disinilah kisah hidup saya dimulai. Ardiansyah itulah nama yang diberikan oleh orang tuaku saya lahir disalah satu desa kecil di kab.pinrang anak 3 dari 4 bersaudara Lahir dari pasangan suami istri ALIMUDDIN dan JIHA terlahir dari keluarga yang sederhana.
tanreassona yang kini dikenal dengan sebutan kampung Guru.
Tanre Assona sudah dikenal Sejak dulu atau masih dalam bentuk kerajaan-kerajaan kecil, yaitu kerajaan Mattirobulu. Tanre Assona berada di bawah pemerintahan kerajaan Padakkalawa, sesuai wilayah belahan sungai bagian barat. Sedangkan sebelah selatan sungai yang membelah wilayah Mattirobulu menjadi kerajaan Alitta, dan wilayah sebelah timur sungai dipimpin oleh kerajaan Bua.
Nama Tanre Assona ini diambil dari bahasa bugis yaitu "TANRE" yang artinya "tinggi" sedangkan ASSO/ESSO yang artinya matahari dan jika digabungkan memiliki arti tinggi matahari, Pertama menunjukkan bahwa warganya selalu ditunggu-tunggu kehadirannya, jika berlangsung rapat kerajaan, walau mereka sering kali datang ketika matahari sudah tinggi. Namun “Rapat tidak akan dimulai jika utusan Tanre Assona belum hadir,” Tapi TanreAssona juga sering diartikan negatif bagi orang yang tidak tau historisnya, yang berarti bahwa warga Tanre Assona berwatak malas lantaran sering telat datang rapat.
Dan setelah diresmikannya Kab. Pinrang pada 1960. Kecamatan itu pun terbagi menjadi tiga desa, yakni Manarang, Alitta dan Padakkalawa.
Lalu Desa Padakkalawa mekar menjadi empat desa, yaitu Desa Marannu, Desa Bunga, Desa Padaelo, serta dua keluruhan, yaitu Kelurahan Padaidi dan Marannu. Hingga kini, Desa Padakkalawa sebenarnya berada dan diambil namanya dari Desa Bunga tadi. Dimana Desa Padakkalawa yang berarti pembajak atau petani, yang sesuai dengan rata-rata pekerjaan warga di sana. Tanre Assona kembali muncul namanya di Padakkalawa setelah pembagian empat desa itu.
Awalnya, nuansa spritual di Tanre Assona biasa -biasa saja. Masih jarang warga yang peduli terhadap agama, spritualitas waktu itu .
Namun seseorang yang bernama La Harrang dan istrinya bernama I Mekkah yang merupakan penduduk asli tanreassona, inilah kemudian menjadi sumber yang membuat spritual keagamaan tanreassona melonjak, kehidupan agama di desa itu berkembang. spritualitas di Tanre Assona berubah drastis ketika laharrang diberikan ilham oleh ALLAH swt. Disinilah Masyarakat mulai tau tentang persoalan agama dan mulai melaksanakan sholat berjamaah, dan secara perlahan berhenti dari hal-hal bersifat negatif. “Warga sangat kagum kepadanya, karena ia sangat paham tentang agama Islam padahal beliau tidak pernah menginjak bangku sekolah, dan menurut cerita La harrang mendapat ilham ketika beliau berada dikebun sedang mencangkul rumput namun datang seseorang yang menghampiri dan menawarkan air minum. La Harrangpun meminum air itu sentak terdengar suara "MAPACCING NI" yang artinya dia sudah dalam keadaan bersih. setelah kejadian itu orang yang menawarkan air tiba-tiba menghilang Laharrang kaget dan lari pulang ke rumah dan menceritakan kejadian ini pada istrinya.
dan setelah kejadian itulah La harrang fasih dalam membaca al-quran dan tau persis tentang persoalan agama. Kemudian membangun mesjid bernama nurul taqwa yang sekarang menjadi tempat berjamaah bagi warga tanreassona.
ajarannyapun tetap setia dijalankan oleh warga desa tanreassona, Namun beliau wafat pada tahun 1969 kemudian dimakamkan di dusun tanreassona. setelah beliau meninggal pimpinan agama kemudian beralih ke La Hami yang meninggal pada 1981. kemudian berkembangkan dan terus berkembangka hingga pada akhirnya desa ini diberi gelar sebagai dusun percontohan penegakan syariat Islam di Kab. Pinrang.
0 comments:
Post a Comment